Selasa, 03 Januari 2012

Ketika kembang api itu meredup

Sepupu gue meninggal beberapa hari yang lalu.
Temen main gue dari kecil.
Yang kemudian gak pernah lagi gue temuin semenjak lulus SMP.

Kabar duka itu menampar gue di pagi buta. Kira-kira sekitar jam 01.00 dini hari.
Tepat dua hari pasca perayaan tahun baru 2012. Adek gue yang pertama dikabarain soal kepergian sepupu gue ini lewat telfon dari bokap dan seketika itu pula dia membangunkan gue untuk memberi tahukan kepergian sepupu gue itu.
disaat mata gue belom lagi bener-bener terbuka, disaat itu juga gue terdiam agak lama.

it's make me think, ketika salah satu orang terdekat lo meninggal, disaat itu juga kita disadarkan pada suatu hal bahwa 'The Death is close to us'.
Sebelumnya gue selalu menganggap kematian adalah hal yang jauh dari gue, jauh banget. Gue selalu berpikr "Well men, gue masih 19 tahun, gak bakal
kenapa-kenapa!". Sekarang, kepergian sepupu gue ini jadi semacam wake-up alarm buat gue, bahwa no!, The death isn't far away, you could be next. Umur mana ada yang tahu.


So, keesokan harinya,
gue dateng ke pemakamanya.


Dan disaat gue di pemakamnya, banyak suadara - saudara gue yang lain dateng, temen - temen almarhum juga pada dateng, Diantara kumpulan orang - orang itu, ada yang gak terlalu kenal almarhum, ada yang udah kenal banget, ada temen - temen satu sekolahnya, temen - temen satu kelasnya, bermacam - macam orang datang pemakamnya. Tapi mereka punya satu alasan yang sama untuk datang kesana: Yes! They want to see him for the last time. Mereka semua sayang sama sepupu gue itu, mereka juga menyayangkan kenapa almarhum harus pergi secepat ini.


as i sat outside the funeral home, dibangku yang memang disediakan untuk para pelayat, ada yang bilang "sayang banget ya padahal orangnya baik". Gue sendiri bilang "Dia memang orang baik". "Yeah right! actually, we shouldn't talk about the death pas lagi ngelayat, but i can't help it. Dia emang baik dan dia juga mengajarkan gue banyak hal. and then what happen next? i saw him di pembaringanya yang terakhir, smiling peacefully, seperti tertidur pulas. So, this really his death? Sepupu gue?.

And you know what that feel? ketika duduk diantara pelayat - pelayat itu? I can't help to wonder: "Gimana yak kalo gue yang meninggal?, Gimana pemakaman gue nanti?".
Kadang gue suka berkhayal tentang bagaimana pemakaman gue nanti?, apa temen gue bakal banyak yang dateng? apa ada yang dateng?, Apa ada yang bakal ngomongin gue?, Apa ada kenangan yang mereka inget tentang gue?, Apa ada yang rela kepanasan? Kehujanan?, Cuma untuk melihat gue buat yang terakhir kali. apa iya, ada?


Gue juga suka merasa bahwa kematian itu sesuatu yang sensitif untuk sekedar kita bicarakan.
Sesuatu yang sebenernya 'ada' tapi selalu kita 'ignore' keberadaanya.
Katanya Haruki Murakami “Death is not the opposite of life, but a part of it.”


Gue hidup di dunia ini dengan seolah - olah men-tidak-exist-kan kematian.
Ketika gue makan, gue bercanda, gue hang-out, gue jatuh cinta. I forget about death.
I'm too busy with my own interest. But is it there. And when it hits, it hits so hard. Satu kali, gue udah kehilangan kakek gue. Dua kali, Gue kehilangan om gue. Dan
gue kehilangan sepupu gue, ini tiga kali.


When i go back home setelah pemakaman.


Gue bawa motor sendirian dan entah kenapa pada saat itu gue jadi ngerasa jiper!, gue jadi ngerasa kecil banget. I have to think that: badan ini cuma dipinjamkan, dunia ini cuma rumah singgah paruh waktu, setiap satu hela napas adalah satu hela napas lagi menuju kematian.

Kita harus ngebuat lebih banyak hal baik, lebih banyak karya, lebih banyak menikmati hidup, menaruh baik - buruk pada tempatnya, lebih banyak mengambil kesempatan. Hidup ini cuma sekali dan sebentar pula, akan sangat konyol kalo digunakan untuk sekedar di sia-sia-in.
We have to enjoy it, yes it's Life.


For sure, suatu hari nanti gue pasti mati. Dan gue pengen membuat sesuatu yang gak bakal mati.
"Gue pengen hidup dari apa yang gue sukai, dan gue ingin itu untuk terus hidup".

Sepupu gue itu,
enggak akan pernah gue lupakan.


Dan gue juga gak ingin dilupakan.
Gue gak ingin jadi semacam Nama yang hilang gitu aja.


Sebuah nama yang diukir diatas nisan, yang pada awalnya sering dikunjungi.
Hingga pada akhirnya, cuma pas mau bulan puasa dan abis lebaran aja.
Nama pada sebuah nisan yang retak, usang, lumutan, bau, ditakutin orang lewat.

Dan mumpung masih hidup, gue gak pengen jadi seonggok badan yang cuma memadati bumi,
menyesaki kota ini,
sama-sama makan, minum, berak, bicara, dan seterusnya, buat apa?


Gue pengen buat hidup ini se-special mungkin,
or i just wanna die special.

Selamat jalan sepupuku, temanku, sahabatku,
Semoga kamu temui kebahagiaan tanpa batas,
disana.