Rabu, 23 Januari 2013

Hujan

Dan sesuatu yang gue tulis sore ini di McD Bogor, sesaat setelah hujan mengguyur diluar...


  “Singing in the rain. I'm singing in the rain. And it's such a fucking glorious feeling.” 


huaaaaaaahhh musim hujan, gue selalu suka musim hujan. Ada romantisme tersendiri yang hujan munculkan, entah apa. Mungkin itu datang dari percampuran rasa, yap! rasa cemas mencari tempat untuk berteduh atau rasa berharap bisa melihat pelangi ketika hujan berhenti. Atau melamun sendirian dibalik kaca mata yg berair. Hujan mencampur semua rasa itu... Cemas, Harap dan lamunan.

Gue suka hujan. suka bawa motor dengan jas hujan lalu melihat jalanan lewat kaca helm yang dipenuhi titik-titik air yang kemudian gue hapus pake tangan dan tentu aja percuma, cuma untuk melihatnya basah kembali. Mendengarkan lagu dengan earphone, nyanyi-nyanyi sumbang yang disamarkan bunyi air, selalu suka ketika gak bisa denger suara sendiri, ketika dibungkam tanpa sengaja.

Gue suka bau air yang bercampur tanah, bau lumpur samar-samar itu. Gue suka menciumnya dengan ganas, menghirup dalam-dalam dan menahan nya sejenak supaya tidak diganggu bau yang lain. Gue inget, waktu masih kecil dulu, gue suka nyanyi-nyanyi dibawah hujan. Sing along bareng temen-temen lalu mengecap rasa amis yang mampir ke bibir. Dan ketika malam harinya meriang? Gue gak peduli.

Tapi gue selalu takut puting beliung, sebuah angin yang punya kekuatan menghancurkan itu, kemampuanya menghancurkan apa yg udah ada. menyapu bersih apa yang pernah gue bangun, menelan semuanya bulat-bulat dengan satu kali kedipan mata. Dia bisa membuat semua orang ketakutan, semua orang keresahan, dia mampu membuat semuanya jadi tidak terlihat.

Dan ketika angin semacam itu datang,
yang kita perlukan hanya keberanian untuk bernyanyi dibawah hujan.

Hey, kamu disana. Dekap pinggulku.
When the rain are fallin', kita nyanyi sama-sama, ya?