Jumat, 02 Agustus 2013

another two year ago..

Entah puisi atau apaan, gue gak ngerti...
Pokoknya ini sebuah tulisan yang gue temuin di pojokan lemari
dibawah LKS pendidikan kewarga-negaraan yang gue tulis
kira-kira dua tahun lalu...

ajari aku bernyanyi 
meniru riuh suara angin merendah, 
merebah punggung di sebuah bale, 
merekang lelah sepulangnya aku dari sekolah.

ajari aku bernyanyi
merubah kamar mandi menjadi concert hall
menyuarakan mu selantang mungkin
tak ada yang mendengar

ajari aku bernyanyi
biarkan sang sabun, sikat gigi, dan teman-temanya
menjadi saksi, atas nyanyianku sore ini
sepulangnya aku dari sekolah.

Bogor, 27 desember 2010

Senin, 18 Maret 2013

Suatu pagi, dikota hujan.

Selamat pagi...

Win, dingin berderai sejak semalem. kaya gak ada bosennya mencipta basah dan lembab huuu. apakabar Bandung mu? gue harap elu hangat disana,  gak kaya gue disini yg meringkuk dipojokan kamar deket sama colokan, berselimut rindu yang menderu-deru. *tsaaaaaaaaaaahhh

Gue rindu lengkung 8 cm bibir lu itu.. maaf soal gue yang selalu buat elu menunggu, gue juga udah memaafkan kesamaan tentang elu yg sama-sama suka membuat gue menunggu :)). actually, you don't need to read the first line at this letter, elu gak akan pernah kehilangan pesan yg ingin gue sampaikan. hahahah maaf yak kalo gue suka menggoda kesabaran elu, maaf kalo gue selalu merubah senyum menjadi cemberut.

Gue lagi membayangkan alis lu yg meninggi satu ketika baca tulisan ini, lalu tangan lu menggaruk kepala yang padahal enggak gatel. pikiran lu terbang jauh sambil bertanya "apa pula maksudnya nih?". Biarin... bingung yang lu rasakan belum lebih hebat dibanding rindunya gue yang udah berangkat duluan ke Bandung sana.

Gue rindu menikmati hujan berdua, sore itu. melawan dingin yang semesta tawarin dengan dua mangkuk indomie plus satu piring nasi. berkali-kali elu timpali dengan candaan elu yang khas. hati gue bersorak-sorai dalam gempita paling mesra, apa elu merindukanya juga? bueheheheh

Dan saat ini gue mau menyibukan diri buat belajar how to spell L.O.V.E dengan sebenar-benarnya pada satu nama, nama mu.

Bogor, 19 maret 2013

Big Love,
Agie.




Minggu, 17 Maret 2013

Kepada kamu, dengan senang hati.

Kepada kamu,
Dengan senang hati.

Aku senang mencintaimu, senang bertemu lagi dengan kamu, senyum-senyum gemes. dan terkejut, selalu terkejut dengan 'apa yang baru dari kamu?'. aku senang deg-deg-an cuma untuk nunggu kamu online. and when your name pop up on my chat, aku menaruh laptop diatas bantal, tengkurep, nyengir, dan berusaha mencari kalimat-kalimat lucu, agar kamu tertawa, disana.


Aku senang ketika nanamu nongol di inbox handphone dan senang pula ketika harus memakan waktu lama untuk sekedar membalasnya, menghapusnya, menyusun kata sedemikian rupa. aku senang mencintaimu, semua detail yang aku ucapkan, tuliskan, kirimkan, ke kamu menjadi sangat penting, seolah-olah mesti tanpa cacat. atau aku bisa saja kehilangan kamu.


Aku senang ketika gak bisa menerjemahkan semua kode kamu, apakah pertanyaan dan pernyataan kamu itu sekedar pancingan atau sesuatu yang mungkin saja bisa aku salah artikan? aku senang ketika harus memikirkan kamu dulu sebelum tidur, dan kembali deg-deg-an, aku pasrah. aku senang ketika harus begini terus semaleman.


Aku senang ketika tangan kamu menggenggam tanganku, saat dimana kamu mencoba melihat sesuatu di handphone yang sedang aku pegang. Oh, aku senang ketika tangan kita saling menggenggam, aku berhenti bernafas sejenak, merasa canggung, salah tingkah, pengen lari yang jauh. Aku senang ketika secara desperate, aku memaksa mencari-cari apa kesukaanmu, senang ketika aku tahu bahwa kamu bisa aja sempurna, bisa aja tanpa cela, dan aku benar-benar jatuh hati kepadamu.


Aku senang mencintaimu. Demi Tuhan, aku senang. karena, didalam deg-deg-an ini, dibalik semua rasa kangen, terkejut, canggung, gemes, harap-harap cemas yang bergumul didalam dan kemudian meletup pelan-pelan...

Aku mencintaimu,
Dengan senang hati.



Rabu, 23 Januari 2013

Hujan

Dan sesuatu yang gue tulis sore ini di McD Bogor, sesaat setelah hujan mengguyur diluar...


  “Singing in the rain. I'm singing in the rain. And it's such a fucking glorious feeling.” 


huaaaaaaahhh musim hujan, gue selalu suka musim hujan. Ada romantisme tersendiri yang hujan munculkan, entah apa. Mungkin itu datang dari percampuran rasa, yap! rasa cemas mencari tempat untuk berteduh atau rasa berharap bisa melihat pelangi ketika hujan berhenti. Atau melamun sendirian dibalik kaca mata yg berair. Hujan mencampur semua rasa itu... Cemas, Harap dan lamunan.

Gue suka hujan. suka bawa motor dengan jas hujan lalu melihat jalanan lewat kaca helm yang dipenuhi titik-titik air yang kemudian gue hapus pake tangan dan tentu aja percuma, cuma untuk melihatnya basah kembali. Mendengarkan lagu dengan earphone, nyanyi-nyanyi sumbang yang disamarkan bunyi air, selalu suka ketika gak bisa denger suara sendiri, ketika dibungkam tanpa sengaja.

Gue suka bau air yang bercampur tanah, bau lumpur samar-samar itu. Gue suka menciumnya dengan ganas, menghirup dalam-dalam dan menahan nya sejenak supaya tidak diganggu bau yang lain. Gue inget, waktu masih kecil dulu, gue suka nyanyi-nyanyi dibawah hujan. Sing along bareng temen-temen lalu mengecap rasa amis yang mampir ke bibir. Dan ketika malam harinya meriang? Gue gak peduli.

Tapi gue selalu takut puting beliung, sebuah angin yang punya kekuatan menghancurkan itu, kemampuanya menghancurkan apa yg udah ada. menyapu bersih apa yang pernah gue bangun, menelan semuanya bulat-bulat dengan satu kali kedipan mata. Dia bisa membuat semua orang ketakutan, semua orang keresahan, dia mampu membuat semuanya jadi tidak terlihat.

Dan ketika angin semacam itu datang,
yang kita perlukan hanya keberanian untuk bernyanyi dibawah hujan.

Hey, kamu disana. Dekap pinggulku.
When the rain are fallin', kita nyanyi sama-sama, ya?