Ibu mengajari ku untuk berani melawan diri sendiri. Sepedih apapun luka dan duka, toh akhirnya jadi masa lalu juga. Seperti sebuah kisah menarik yang ku dengar dari bapak ku sendiri. Tentang senyumnya yang selalu sumringah. Meski kulit dibakar matahari, meski kaki berdarah-nanah 'demi anak-anak dan ibunya' semua tak ada apa-apanya', katanya.
Ibu mengajariku untuk kembali. Memberikan ku secarik peta agar aku tak lupa jalan pulang. Karena sejauh apapun kaki melangkah, rumah adalah tempat ternyaman untuk kembali. Untuk merebahkan kepala di pangkuan ibu sembari menceritakan kisah-kisah hebat yang kudapatkan selama mengembara. Menikmati sisa sisa usia dengan kedewasaan pikir dan kerendahan hati. Menjadi seorang sederhana yang mengenal betul siapa dirinya.
Bogor, Desember 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar