Rabu, 23 Desember 2015

Teruntuk kamu yang selalu mempertanyakan nanti

Aku pikir tuhan sedang ingin bersombong saat menciptakan kamu. Ia hadirkan alis mu yang tebal pada wajah oval mu, menggenapinya dengan kemilau matamu yang hitam sempurna dan hidung yang mancung (kata mu) :)) , lalu seolah tak ingin ciptaannya bisa dibandingkan dengan selainnya, Tuhan memberikan keajaibannya pada simpul senyummu yang menawan. Seperti melihat rona bulan pada langit hitam yang diam. Menakjubkan.

5 detik lalu, aku menatap wajah lelapmu. Kemudian dengan lembut kutepuk lututmu untuk meyakinkan mu, aku menjagamu. Mengerahkan sepenuhnya perasaan sayang melalui tepukan. Seandainya kau tahu, tiap kali tanganku jatuh pada lutut mu, tiap itu doa-doa kulafalkan agar kau selalu berada dalam pelukan. Sebut aku egois, atau orang yang tak tahu diri, tapi sungguh, aku selalu ingin menjadi satu-satunya milikmu, dan kau menjadi satu-satunya milikku.

Aku tak pernah tahu apa yang akan terjadi nanti nanti. Tapi yang pasti, aku akan selalu menjaga sebaik-baiknya apa-apa yang menjadi milikku sekarang. Berharap, di waktu mendatang sesuatu itu tetap menjadi milikku sepenuhnya; utuh tanpa rongga. Hal paling berharga itu adalah kamu. Sebab itulah, pada tiap waktu sebelum pejamku, aku selalu menghadirkan semburat wajah kamu. Tersenyum sambil berdoa, semoga Tuhan menjadikan kau sebagai teman hidupku. Kini dan nanti.

10 detik lalu aku menepuk lutut mu.
Dan saat ini.
Aku tak tahan, ingin memelukmu hingga pagi.
Dan, bila esok pagi kau terjaga dengan perasaan hangat menyelimuti.
Percayalah, aku tak pernah beranjak sejak kau terlelap.

Selamat malam, selamat memejam. Lelaplah dalam peraduan mimpi indah.
Esok, telah kusediakan peluk yang lebih hangat dari mentari pukul tujuh pagi.
Selamat tidur.

Pssst..
Maaf, kucuri pandang matamu sesaat pada  wajah manjamu.
Jangan marah, ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar