Sabtu, 14 November 2015

And i could die to find a simple kind of love you can't deny

"Hati ini luas, kamu bebas tinggal dimana pun di dalam sini dan bisa aku pastikan, kamu tidak harus berbagi dengan siapa pun."

Ada satu bintang paling terang di ujung  langit sana, ketika tak ada lagi jarak untuk memandang. -- aku lupa nama bintangnya. Supir kapal sempat menyebutkannya tapi bodohnya aku luput mencatat, setelah ini mungkin aku akan browsing, "Sang pemandu jalan pulang". Peduli apa soal cuaca? Tak masalah segelap apa malam, apalagi hanya semilir angin berhembus..
Bintang itu akan selalu terang di singgasana nya, seolah menegurku dengan segala keteduhan dan keunikannya "kemarilah, jangan cemas, aku bersamamu, ikutilah cahayaku, niscaya akan kamu temui jalan pulang".

Aku disihir cahayanya, seperti kemudi kapal yang patuh pada arah putarannya, dan nelayan yang tersesat ini meng-iyakan semua komandonya, mengikuti kemana cahaya itu pergi agar dapat pulang tanpa takut ada ombak besar yang siap menenggelamkan.

Dalam cinta, aku bukanlah nelayan yang paham kapan angin baik datang untuk melaut. Hanya musafir yang sering kali kebingungan dan hilang arah. Tapi kini aku punya bintang ku sendiri, sinarnya terang tapi tidak menyilaukan. Bersahaja dengan segala keluguan dan ketabahannya.

Kini, apa masih perlu aku mencari nya lewat internet untuk sekedar mengetahui nama bintang itu? Ketika aku sudah teramat kenal Dan paham, bahwa sebenarnya bintang yang selalu jadi arah tujuan ku pulang adalah kamu.



Bogor, 14 November 2015
Agi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar