Jumat, 27 November 2015

Deru rindu dan doa yang tak pernah putus

Saya pikir Gump sedang tidak mengada-ada saat dia bilang
"What's normal anyways?" Apalagi saat jatuh cinta begini,
rasanya seperti menemukan kembali remah-remah roti
yang sudah lama berserakan di kolong meja makan.

Ini tentang dia, iya dia.
Perempuan saya.
Saya mengenalnya lewat berjuta-juta aksara di lini masa jagat maya.
Di antara deru sajak-sajak puitis.
Diantara elegi-elegi puisi yang menangis kesepian.
Namanya muncul sebagai sesuatu yang tidak pernah saya duga.
Dia tidak mencari namun mencuri perhatian, licik memang.
Dia sederhana dan bersahaja namun bukan ustadzah,
ayu dan menarik namun bukan kembang desa.

Sekali waktu pernah saya melihatnya begitu manja,
seperti anak kecil yg tak mau beranjak dari ketek bapaknya.
Namun, di lain waktu dia bisa menjadi
perempuan yang sangat tangguh dan mandiri,
memperjuangkan haknya untuk berbahagia,
dia indah dengan caranya.

Ini tentang dia, iya dia.
Perempuan saya.
Yang memiliki keteduhan dalam hatinya,
rumah yang selalu jadi tempat saya pulang dan bermanja-manja.
Tempat mengubur rindu yang sudah membiru lebam dalam pelukanya.
Teman saya bilang bahwa membuat wanita tertawa adalah cara yang ampuh
untuk membuatnya jatuh cinta, tapi saya tidak.
Justru saya yang dibuatnya jatuh ketika dia tertawa.
Ada sesuatu, entah apa namanya
yang membuat saya betah memalang waktu,
menatapnya berkali-kali selama mungkin.

Selain ibu, dia perempuan paling cerewet bila saya ceroboh
atau teledor akan sesuatu hal yang remeh sekalipun.
Seolah hidupnya tak tenang bila melihat saya buang sampah sembarangan,
atau tak kuat bangun pagi.
Damai segera pergi bila saya lupa menyikap rambut yang acak-acakan,
tanganya gatal seolah ingin menguntingnya sampai botak.
Dia seperti definisi dari kata teliti.
Tapi dia bisa jadi begitu lembut,  ketika memupuk kepala saya.
Saat segala sesuatu berubah jadi chaos, menyebalkan dan memusingkan,
senyumnya menjadi satu-satunya hal paling rasional yang saya punya.

Dia perempuan yang sabar dan menyabarkan,
seorang yg tangguh lagi menangguhkan.
Dia selalu mau memaafkan dan memberi lagi kesempatan,
meski saya tau sebenarnya ada begitu banyak kesalahan yang saya lakukan,
entah saya sengaja atau tidak. Dia selalu mau memberi saya waktu untuk memperbaiki diri.
Dia tak pernah mau mengungkit kesalahan,
karena baginya memaafkan adalah melupakan.

Ini masih tentang dia, iya dia.
Perempuan saya.
Wanita yang cerdas. Bagi saya, hatinya
adalah gegap gempita pasar malam paling mesra di dunia.
Kepadanya lah saya tersesat dengan sukarela,
menjadi seoarang anak yang sangat riang bermain
hingga tak ada pikiran untuk pulang.

Ini masih tentang dia, perempuan saya.
Seseorang yang selalu mampu menerjemahkan
isi kepala saya yang penuh dengan begitu banyak
rencana gila dan ide-ide mustahil.
Dia tak pernah bosan mendengarkan saya bercerita.
Dia mampu membuat saya menjadi lelaki hebat
saat saya menjadi diri sendiri.
Dia tak mau mengeluh meski sebenarnya
apa yang saya bicarakan itu
basi dan membosankan.
Dia mengerti bagaimana cara memuliakan seorang lelaki.

Ini tentang kamu, Syahda Gema Vidya.

Seseorang yang selalu bisa membuat saya jatuh cinta lagi dan lagi.

Terimakasih untuk kesekian harinya yang penuh cerita. Mari menghitung lebih banyak lagi untuk waktu yang akan datang.
Tetap jalan beriringan ya?
We flow like we know..

Bogor, November 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar